10.01.2008

Mohon Maaf Lahir Batin

Hujan deras terus mengguyur kota saya dibesarkan meskipun bukan kota saya dilahirkan, Pekanbaru. Hujan rintik-rintik dimulai sebelum saatnya berbuka dan terus meningkat gradient derasnya selama berlalunya waktu. Takbiran tahun ini dibarengi dengan derasnya hujan.

Ada sedikit kecemasan dengan hujan pada malam takbiran. Kecemasan akan tidak bisa shalat Id di lapangan besok karena takut hujannya masih awet atau lapangan basah karena hujan semalaman. Nuansa yang jauh sekali berbeda apabila sholat Id dilaksanakan di mesjid. Tidak ada tegur sapa ketika berjalan menuju lapangan apabila sholat Id di mesjid karena rumah saya tepat bersebelahan dengan mesjid. Keramain sangat terasa apabila sholat Id di lapangan.

Saya sendiri sebenarnya tidak memiliki agenda untuk takbiran on the road seperti yang dulu sering saya lakukan semasa kecil. Saya hanya keluar membeli coklat Van Houten dan sekilo margarine. Menemani sahabat saya yang disuruh ibunya membeli bahan pembuat kue tersebut.

Saya malah takbiran dengan duduk berjam-jam di depan notebook kakak saya yang dibeli dengan harga miring walaupun spesifikasinya terbilang wah. Harga miring karena kenal dengan orang langsung distributor resmi Toshiba katanya. Saya berjam-jam malah berchatting ria. Menanyakan pengalaman takbirannya siapa pun yang aktif ym-nya. Ternyata di Bandung hujan sempat jatuh dari langit walaupun Cuma sebentar. Di Lampung tak jauh beda dengan Pekanbaru yang diguyur hujan semenjak sebelum maghrib. Ada teman saya yang sangat terpesona dengan takbiran di Purwodadi, sangat meriah katanya. Padahal dia melihatnya di depan rumah. Saya jadi terbayang takbiran saat masih bocah. Dengan lantang saya dan teman-teman dekat rumah menyerukan takbir sampai keringatan dan terbatuk-batuk. Selain itu saya juga dapat kuliah Bahasa Jerman gratis pada malam takbiran tahun ini. vielen danke, Lehrerin!

Namun kecemasan saya ternyata tidak terwujud. Pagi lebaran kali ini tidak terlihat seperti hujan semalam yang mengguyur kota, terlihat hanya seperti embun pagi yang keluar lebih banyak dibanding biasanya. Cuaca agak lembab dan mendung tapi tidak hujan. Saya bergegas bersiap dan merasakan indahnya sholat Id di lapangan bersama khalayak tetangga lain. Nikmatnya.

Seperti biasa sesudah sholat, saya sungkem dengan ibu dan kakak saya. Dilanjutkan berkumpul di rumah adik ibu yang cukup menampung seluruh anggota keluarga besar kami. Ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul, sepupu-sepupu berkumpul. Semua dalam suasana fitrinya Lebaran.

0 shadows: