12.22.2008

Hujan Hari Itu

Saya beranjak pergi meninggalkan tempat itu dengan badan yang sangat ringan. Bagai sehelai bulu. Tidak seperti ketika menginjakkan kaki ke tempat itu. Seperti berton-ton beban hinggap di pundak. Saya lega. Walaupun bisa dikatakan bahwa secara makroskopis saya tidak melakukan sebuah perubahan, namun berbeda dengan keadaan miroskopis. Saya seperti telah didonorkan sebuah udara segar ditempat saluran pipa yang pengap.

Hari itu hujan deras. Saya beranjak tanpa memperdulikan cuaca. Saya lega. Semua beban telah saya letakkan ditempat yang seharusnya. Walaupun beban itu hilang, namun saya tidak tahu pasti apakah mereka akan dijaga di sana. Saya terus berjalan di bawah desir hujan yang seperti kecepatan suara di temperature rendah terus mengguyur saya dari atas. Tas selempang, baju flannel, celana jeans saya bertambah berat. Massa benda-benda itu bertambah seiring banyaknya air yang hinggap di permukaan mereka.

Saya terus melangkah. Bibir saya entah mengapa terus tersungging senyum. Orang-orang melihat saya dengan wajah bingung sekaligus aneh. Mereka yang berpayung terus memandangi saya. Mereka yang berlarian dengan jas hujan melihat saya yang terus melangkah santai. Saya dengan tenangnya melewati semua. Entah berapa gram benda-benda yang hinggap dibadan saya bertambah massanya. Saya tidak peduli. Yang saya tuju saat ini hanya sebuah keteduhan tersirat yang tidak terlambang oleh tempat yang kering. Saya terus berjalan.

12.04.2008

Kecurangan Akademis

Hari itu masih seperti hari-hari lain. Hari-hari yang selalu diselingi oleh ujian di malam hari. Memang Mesin seperti sudah trademark kalau mengadakan ujian adalah di malam hari atau di hari Sabtu.
Saya duduk di deretan paling depan di 4101 bersama Hendro dan Lukman. Berdasarkan pengalaman, kalau duduk di depan biasanya tidak terlalu diperhatikan sehingga tukar menukar jawaban akan lebih mudah. Malam itu saya ujian Praktikum SSM. Soalnya bisa dikategorikan susah dan durasi yang diberikan selama ujian sangat lama, 3 jam! Soalnya susah terus 3 jam, saya sudah bingung mau mengisi lembar jawaban dengan tulisan apa. Saya isi seadanya saja.
Hendro menyodorkan kertas kosong ke saya. Ada enam soal yang ia ingin tanyakan jawabannya. Mengingat saya menjawab seadanya, tentu saja saya isi kertas kosong itu dengan jawaban-jawaban pendek seadanya walaupun tertulis jelas di lembar soal bahwa setiap jawaban harus DIJELASKAN!
Semuanya biasa saja, sedikit ribut karena semuanya saling menanyakan jawaban. Sudah saya bilang, soalnya SUSAH. Dua puluh menit sudah berlalu ketika Hendro menyodorkan kertas kosong itu kepada saya. Hendro berinisiatif menanyakan jawaban lagi ke Lukman, di kertas yang sama. Ia sodorkan kertas tadi. Sayang sekali, Lukman terlalu lama untuk merespon dan dengan sedikit kaget, kertas itu terlihat oleh pengawas dan diambil sebagai barang bukti. Namun anehnya kami bertiga hanya tenang2 saja.
Kami bertiga setelah ujian diproses di lab. Logam oleh asisten2. Mereka menyarankan agar kami mengulang lagi mata kuliah itu. Gila, cuma 1 sks terus praktikum pula. Banyak waktu yang termakan karena praktikum SSM tersebut. Jika benar2 mereka akan meng-nol kan nilai saya, kepalan tangan saya sudah siap untuk tertuju ke muka mereka satu2. Serius!
Ternyata jalan tengah yang kami ambil adalah mengaku ke Pak Adit selaku dosen mata kuliah tersebut kalau kami bertiga bekeja sama. Awalnya jantung kami dag-dig-dug karena takut beliau akan tidak meluluskan kami. Sudah banyak bahsa baku yang kami siapkan ketika akan berbicara dengan beliau.
Jam setengah sepuluh pagi kami bertemu beliau dan dengan bahasa baku tersebut kami mengaku. Ternyata, entah apakah beliau lagi good mood, beliau hanya maklum dan menasehati kami seadanya. Beliau tahu posisi kami. Beliau juga pernah mahasiswa. Kami hanya disuruh ujian ulang. Huh! Lega, tidak kebayang kalau harus mengulang lagi tahun depan!

11.02.2008

bukan puisi

Tulisan ini bukan puisi
hanya intuisi berbalut ekspresi
ekspresi naif pujangga yang diambang batas rekayasa
ekspresi hidup yang berdeviasi emosi

tulisan ini bukan puisi
hanya dimensi yang menuntut toleransi
dimensi ruang sebuah kehampaan nyata
dimensi pendar harmoni waktu yang lirih

sekali lagi, tulisan ini bukan puisi
sekedar nadi yang seakan mati
mati akan fluktuasi emosi
mati akan dinamisasi siklus kompleks warna warni hidup

pusi hanya spektrum huruf
yang berkonduksi di antara secarik ide
sebuah gagasan spontan akan jemari alami

Namun tulisan ini bukan puisi

10.22.2008

Become A Legend

Baru kali saya merasakan atmosfer tiga buah ujian dalam 1 x 24 jam! Sesak, bingung, malas, pasrah, semuanya bercampur aduk. Minggu kemaren saya telah merasakan bagaimana sebuah ujian yang mudah tiba-tiba menjadi sulit hanya dikarenakan ujian tersebut didahului oleh ujian lain yang tingkat kesulitannya bisa dibilang setingkat dewa. Hiperbolik, tapi memang benar. Yang sudah belajar keras pun belum tentu bisa mengerjakan ujian yang sadis dewa ini, ya saya sebut merk saja, Metrologi Industri. Bayangkan ujian Permes yang dilaksanakan setelah ujian mata kuliah milik Pak Tauro ini serasa sangat sulit. Semua yang sudah saya hapalkan, mengingat ada hapalannya, dan latihan soal yang saya kerjakan tiba-tiba seperti hilang tak berbekas. Ada bekasnya paling Cuma sidik jari yang hari saya harus perbesar ribuan kali. Bagaimana kalau tiga ujian ini? Perpan yang saudaranya termo, Elmes yang diuntit mekflu terus memanaskan suasana. Semuanya turut diperburuk oleh jadwal Liga Champion!

Namun ternyata bencana sebenarnya bukan tiga buah ujian dalam 24 jam, bukan jadwal Liga Champion, melainkan dirilisnya PES 2009! PES 2009 dirilis bersaman waktunya dengan kondisi mencekik di atas. Siapa pun maniak game sepakbola pasti penasaran dengan fiur-fitur baru yang ditampilkan dan disuguhkan PES 2009. Apalagi ada fitur baru yaitu Become A Legend. Semuanya membicarakannya, semuanya menggunjingkannya. Entah ketika kuliah Metro, kuliah Elmes, atau lagi di angkot sekali pun. Bagaimana bisa konsentrasi?

Tisu gulung?

Malam itu walau dihantui dengan ujian yang menunggu dan tugas yang men-deadline, saya (AI) dan ketiga (AM, FFR, dan RE) teman saya nekat untuk refleksi di reflexiologi di dekat Cihampelas. Di tengah perjalanan kami melihat RW berdiri di pinggir jalan, berkemeja rapi habis dari gereja dan membawa tisu gulung yang baru dibelinya,

RW : pada mau ke mana lo?
FFR : udah Con, masuk dulu
RW pun msuk ke dalam mobil, ikut pergi bersama kami
RW : mau kemana cuy?
Hening. Setelah berada di dekat persimpangan ciumbeluit, RW bertanya lagi,
RW : eh serius lah! Pada mau kemana ni?
RE : refleksi di Cihampelas
RW : AAAAAhhh, males gw, gw mau ngerjain tugas ini. Puter balik ah Cik…
FFR : ikutan dulu ah Con, tuh tisu buat apa?
RW : AAAAhhh…
Kami : hahahahahaha

Setelah sampai di tempat refleksi, ternyata FFR membatalkan niatnya untuk refleksi dan setia kawan untuk menemani RW di luar menunggu kami bertiga releksi satu jam-an. Setelah refleksi selesai, saya melihat RW sedang meneguk sekaleng susu merk DUTCH LADY yang dilarang karena mengadung melamin. FFR hanya tertawa kecil.
AI : Con, lu kok minum dutch lady si? Ada melamin nya dodol!
RW : Serius lu Ris? A****t. (sambil membuang kaleng dutch lady yang hamper kosong)
Kami : hahahahahahahaha

Setelah dari refleksi di Cihampelas, kami meluncur menuju sebelah matari untuk makan ayam tulang lunak. Semuanya memesan makanan selain RW yang katanya sudah makan setelah dari gereja. Lima belas menit cukup bagi kami untuk menyantap semua hidangan yang tersedia. Setelah mencelupkan tangan di kobokan kami semua mengelap tangan dengan tisu gulung yang ada di atas meja.
FFR : liat ni Con, gw jadi petinju (sambil mengulung-gulungkan tisu ke kedua tangan)
AM : minta tisunya donk Gy
RE : yang banyak Mi, biar bersih
RW : eh eh, kayaknya ada yang aneh deh, di meja yang laen kok gak ada tisu gulung sih? Eh Cik, ni tisu gw yak?
FFR : taw dah, gw ambil dari mobil, hahahahahaha
RW : ah t**k lu, mpe tipis gini tisu yang baru gw beli. Hati-hati aja ya, ntar tiba-tiba besok ada berita mutilasi. Gw potong-potong lu Cik!
Kami : hahahahahahaha

Setelah makan dan ‘tragedi pengelapan tangan ‘ selesai kami pun membayar makan yang kami makan tadi dan langsung meluncur pulang. Tugas sudah lama menunggu. Sesampai di depan pintu kost.
FFR : Con, buka pintunya,
RW : eh eh tisu gw tadi mana Cik? Liat gak lu Ris?
AI : wah kayaknya ketinggalan deh Con
RW : wah parah!!!!!!
Kami :hahahahahahahaha

10.17.2008

N.O.W

Saya…

Seperti seorang narapidana yang mencoba buron dari penjara ujian tengah semester yang menumpuk empat malam dalam tujuh malam yang hadir dalam seminggu. Menulis blog adalah salah satu keberhasilan kabur dari tebalnya jeruji-jeruji tumpukan kertas walaupun saya sadar bahwa saya pasti akan tertangkap kembali ke penjara itu. Atau mungkin malah saya yang dengan rela kembali ke penjara itu.

The Last Don, To Kill A Mocking Bird, Life of Pi, Kite Runner, Twilight, Wartawan Independen, dan Iblis Tak Pernah Mati. Novel tersebut sangat menggangu konsentrasi ketika akan mengambil text book layaknya Prosman ala Kalpakjian, atau Metrology Industri ala Taufiq Rochim atau hanya fotokopian slidenya Perawatan Mesin Pak Komang di rak buku yang terlihat lelah memikul monitor yag telah berubah fungsi menjadi televisi. Kayunya melendut. Bebas rasanya jika bisa menghabiskan hari dengan novel-novel itu.

Sedikit tertegun melihat sepatu Nike Classic dengan nike merah dasar putih. Membeli dengan harga yang tidak murah namun hanya terpajang di rak sepatu. Agak sempit! Padahal saya sangat suka dengan desainnya yang sederhana dan bergaya old school.

Bingung kenapa ketika liburan, titipan buku yang seharusnya berjudul Kamus Teknik Empat Bahasa malah tertinggal dan tertukar dengan buku Getaran-nya Rao. Mungkin karena sampul fotokopiannya sama-sama berwarna biru tua. Dengan bijaksana meminta orang rumah mengirimkan buku yang tertukar daripada menjadi mainan sobek-sobekan kertas ponakan-ponakan di rumah. Masalah intinya sebenarnya adalah karena buku tersebut dipakai buat ujian minggu depan.


Monitor rusak! Saya seperti hidup tanpa hiburan…

10.04.2008

Novel (imajinasi) vs Film (Technicolor)

film (dan novel) juga karya seni. Aku mengeluh cuma karena iri. Film membuat novel menjadi tidak relevan. Apa gunanya menulis kalimat indah tentang alam bebas, melukiskan dunia yang panas membara, matahari terbenam yang indah, berisan pegunungan yang berselimut salju, dan debur ombak samudera yang membuat orang terpesona? Apa yang bisa ditulis pengarang tentang cinta dan kecantikan wanita? Apa gunanya menuliskan semua itu kalau kau bisa melihatnya di layar lebar dalam Technicolor? Oh, wanita-wanita misterius dengan bibir merah penuh, mata mereka yang membius. Apa gunanya menuliskan itu, kalau kau bisa melihat mereka tampil tanpa penutup dada dengan pinggul menggoda? Kelihatannya malah lebih bagus daripada kenyataan sebenarnya, apalagi jika dibandingkan dengan penggambaran di buku. Dan bagaimana pengarang bisa menulis tentang kehebatan para pahlawan yang membantai musuh mereka hingga ratusan, mengatasi rintangan dan berbagai godaan, kalau semua pemandangan itubisa dimunculkan di depan matamu, wajah-wajah kesakitan dan tersiksa di layar lebar? Para actor dan kameraman melakukan segalanya tanpa memproses semua itu melalui otak. Satu-satunya yang tidak bisa dilakukan oleh film adalah menembus pikiran para tokohnya, film tidak bisa meniru proses berpikir, menampilkan kompleksitas kehidupan.” Ernest Vail, the Last Don karya Mario Puzo.

Baru saya sadari mengapa terkadang malah kebanyakan seorang pembaca novel yang novelnya tersebut kemudian difilmkan sering merasa kecewa. Merasa film tersebut ada yang kurang, tidak sesuai ekspektasi. Tidak ada luapan emosi yang diharapkan setiap pembaca dalam setiap scene-nya. Karena ketika membaca, imajinasi mengalir menembus batas nyata sebuah logika seorang pembaca. Imajinasi menempatkan pembaca tepat bersebelahan dengan tokoh, merasa emosi tokoh, terkadang malah merasa tokoh tersebut adalah diri si pembaca.

imajinasi lebih berharga daripada ilmu pasti” Albert Einstein,

Seorang yang membaca cerita dewasa lebih terangsang daripada mereka yang menonton film dewasa. Imajinasi bermain di sini. Imajinasi mengambil alih kesadaran akan dunia nyata. Imajinasi yang jadi tuntunan. Novel memang racun. Karena di setiap untai katanya bisa menerbangkan sang pembaca ke dunia yang berbeda, terbang dengan seorang pilot yang bernama imajinasi.

10.01.2008

Mohon Maaf Lahir Batin

Hujan deras terus mengguyur kota saya dibesarkan meskipun bukan kota saya dilahirkan, Pekanbaru. Hujan rintik-rintik dimulai sebelum saatnya berbuka dan terus meningkat gradient derasnya selama berlalunya waktu. Takbiran tahun ini dibarengi dengan derasnya hujan.

Ada sedikit kecemasan dengan hujan pada malam takbiran. Kecemasan akan tidak bisa shalat Id di lapangan besok karena takut hujannya masih awet atau lapangan basah karena hujan semalaman. Nuansa yang jauh sekali berbeda apabila sholat Id dilaksanakan di mesjid. Tidak ada tegur sapa ketika berjalan menuju lapangan apabila sholat Id di mesjid karena rumah saya tepat bersebelahan dengan mesjid. Keramain sangat terasa apabila sholat Id di lapangan.

Saya sendiri sebenarnya tidak memiliki agenda untuk takbiran on the road seperti yang dulu sering saya lakukan semasa kecil. Saya hanya keluar membeli coklat Van Houten dan sekilo margarine. Menemani sahabat saya yang disuruh ibunya membeli bahan pembuat kue tersebut.

Saya malah takbiran dengan duduk berjam-jam di depan notebook kakak saya yang dibeli dengan harga miring walaupun spesifikasinya terbilang wah. Harga miring karena kenal dengan orang langsung distributor resmi Toshiba katanya. Saya berjam-jam malah berchatting ria. Menanyakan pengalaman takbirannya siapa pun yang aktif ym-nya. Ternyata di Bandung hujan sempat jatuh dari langit walaupun Cuma sebentar. Di Lampung tak jauh beda dengan Pekanbaru yang diguyur hujan semenjak sebelum maghrib. Ada teman saya yang sangat terpesona dengan takbiran di Purwodadi, sangat meriah katanya. Padahal dia melihatnya di depan rumah. Saya jadi terbayang takbiran saat masih bocah. Dengan lantang saya dan teman-teman dekat rumah menyerukan takbir sampai keringatan dan terbatuk-batuk. Selain itu saya juga dapat kuliah Bahasa Jerman gratis pada malam takbiran tahun ini. vielen danke, Lehrerin!

Namun kecemasan saya ternyata tidak terwujud. Pagi lebaran kali ini tidak terlihat seperti hujan semalam yang mengguyur kota, terlihat hanya seperti embun pagi yang keluar lebih banyak dibanding biasanya. Cuaca agak lembab dan mendung tapi tidak hujan. Saya bergegas bersiap dan merasakan indahnya sholat Id di lapangan bersama khalayak tetangga lain. Nikmatnya.

Seperti biasa sesudah sholat, saya sungkem dengan ibu dan kakak saya. Dilanjutkan berkumpul di rumah adik ibu yang cukup menampung seluruh anggota keluarga besar kami. Ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul, sepupu-sepupu berkumpul. Semua dalam suasana fitrinya Lebaran.

9.28.2008

kite runner

Kemaren saya baru saja menonton film Kite Runner. Film yang membuat saya penasaran dengan bagaimana sebuah rasa bersalah Amir, sebuah kewibawaan dan harga diri tinggi seorang Baba jan, kepolosan Hassan, kebijaksanaan Rahim jan, dan kelicikan seorang Assef. Semuanya terdeskripsikan langsung dalam sebuah film. Bagaimana saya tidak penasaran.

Namun apa yang saya dapat setelah menonton film hasil saduran novel karya Khaled Hosseini yang pernah mendapatkan New York Best Seller ini sangat jauh dari yang saya harapkan. Ketika membaca bukunya kita seperti menerawang. Seperti berada di samping Amir ketika ia merasa dunianya penuh dengan penyesalan, merasa ketakutan seperti Hassan, dan masih banyak lagi situasi yang bisa kita imajinasikan dengan membaca novel tersebut. Namun sangat jauh berbeda dengan filmnya. Bukan saya tidak menghargai hasil karya film sang sutradara. Namun filmnya terasa sangat hambar, ceritanya sangat terasa telah dipotong-potong dengan benang merah yang belum tersambung. Awalnya yang membuat saya sangat penasaran adalah seorang Baba yang dengan wibawanya, harga dirinya, sikapnya yang tegas, dan semuanya yang diceritakan penulis di novelnya. Kita bisa merasa takut hanya dengan membaca deskripsi seorang Baba di novelnya namun sangat berbeda dengan di filmnya. Baba kurang tereksplorasi perannya. Kepolosan dan kebaikan hati Hassan yang sangat terlukiskan di novelnya juga kurang terasa ketika menonton filmnya. Semuanya jauh dari yang saya harapkan. Saya sedikit kecewa.

*semuanya tergantung selera, saya berpendapat film Dark Knight sangat bagus dengan cacat durasi yang terlalu. Lebih bagus dibanding Iron Man. Namun teman-teman saya banyak yang mengatakan bahwa Dark Night tidak da apa apanya dibanding Iron Man. Yah, semuanya tergantung selera, walaupun standar film itu bagus atau tidak, tentu ada di tangan seorang yang expert di bidang ini, ya, saya hanya penikmat.

puasapraktikumtugas

Akhirnya saya bisa menulis blog lagi. Hampir sebulan kemaren, selama bulan puasa saya selalu disibukkan dengan praktikum dan tugas yang lumayan menyita waktu. Selama bulan puasa rutinitas saya jadi lebih monoton. Sebelum shubuh, sahur, jam tujuh sampai jam sebelas kuliah (biasanya, terus biasanya pula setiap kuliah menelurkan tugas yang cukup menumpuk), setelah kuliah, bertengger di perpustakaan mesin untuk membuat laporan praktikum (walau sebenarnya udah ada master) terus sampai kostan sudah jam setengah empat saja (yang ini juga biasanya). Karena rutinitas monoton yang lumayan bikin capek, selepas itu saya berbaring di kasur alias tidur sore. Tidak terasa udah buka puasa, cari makan terus bikin tugas lagi (biasanya juga), jadi seharian rutinitas saya hanya itu-itu saja.

Saya bukan mahasiswa yang menganut aliran Study Oriented alias SO. Tetapi sebulan kemaren keadaan yang menuntut saya untuk sedikit SO. Kemaren-kemaren, saya jarang atau sedikit sekali menonton film (kegiatan yang cukup saya gemari), baik di dvd, film ripped, apalagi bioskop. Padahal kalo keadaan santai dating, menonton film adalah kegiatan rutin saya yang cukup menghibur dan menghabiskan waktu. Gara-gara rutinitas monoton itu, ke himpunan saja saya bisa dihitung berapa kali walaupun saya juga tidak terlalu anak himpunan.

Yang penting sekarang saya sudah sampai ke tahap liburan di rumah, bersantai-santai sejenak dengan amunisi makanan yang tidak terbatas plus akses kendaraan yang selalu full tank. Tidak ada salahnya kan bersantai sebelum menyabut kehectic-an ujian ketika libur telah usai nanti.

9.21.2008

Kamu?

Aku Percaya Kamu
Melebihi Apa Yang Orang Katakan Kepadaku
Aku Percaya Kamu
Tak Perduli Apa Yang Orang Katakan Tentang Kamu

Yang Kutahu Kau Selalu Sejukkan Hatiku
Yang Kutahu Kau Selalu Ada Di Saatku
Membutuhkanmu Kau Selalu Ada
Disaatku Rapuh
Aku Percaya Kamu
Hidup Ini Takkan Berarti Tanpa Kau Disisiku
Aku Percaya Kamu
Kau Takkan Pernah Berhenti Tuk Selalu Mencintaiku

Yang Kutahu Kau Selalu Sejukkan Hatiku
Yang Kutahu Kau Selalu Ada Di Saatku
Membutuhkanmu Kau Selalu Ada
Disaatku Rapuh
Disaatku Jatuh

-d'Massiv Aku Percaya Kamu-

*contoh lagu yang menceritakan kalau dia lebih percaya kepada... siapa? His/her lover? atau bisa diartiin percaya kepada benda-seperti-obat-yang-bisa-bikin-high? peace...

9.16.2008

Renungan di Pagi HAri

Pernahkan anda merasakan bahwa terkadang harapan orang tua terhadap anaknya telah bermetamorfosis menjadi seperti sebuah paksaan tanpa mereka sadari? Harapan orang tua terhadap anaknya pastinya adalah harapan agar anaknya menjadi minimal lebih baik dari mereka sekarang. Namun walaupun mereka selalu bersikap netral dengan lebih menjunjung tinggi minat ketertarikan seorang anak, selalu terselip sebuah keinginan yang derajatnya lebih dari sebuah harapan. Si anak pasti mengetahui sebenarnya apa yang diinginkan oleh orang tuanya walaupun orang tua terkadang tidak pernah terang-terangan memberitahukan harapannya kepada si anak. Adakalanya si anak seperti memukul beban yang mereka harus asumsikan sebagai salah satu cara untuk membalas segala kebaikan orang tua. Namun terkadang si anak tidak pernah tahu bahwa jalan yang mereka tempuh tidak selalu benar. Jauh di lubuk hati orang tua selalu inginkan anaknya bahagia walaupun si anak tidak menjadi sedikit dari apa yang mereka inginkan. Namun sebagai anak kita terlalu sayang kepada mereka dan memang seharusnya begitu. Dan rasa sayang itu yang membuat kita sering salah mengartikan harapan mereka. Kita sebagai seorang anak yang memetamorfosis harapan mereka menjadi sebuah paksaan.

Saya pernah mengalaminya. Ketika saya dan kedua kakak saya akan menempuh jenjang perguruan tinggi, terlihat jelas dari mata ibu saya bahwa beliau menginginkan salah satu dari kami mengikuti jejaknya, menuruni kemampuannya sehingga dalam keluarga kami darah itu tidak hilang. Ya, ibu saya memiliki background medis, beliau adalah seorang apoteker. Dari mata beliau terpancar keinginkan salah satu anaknya berada di jalur medis seperti beliau. Kakak saya yang paling tua adalah seorang perempuan, namun jelas terlihat bahwa minat dan kemampuannya berada di luar medis. Ia sangat mahir dalam aritmatika dan logika. Namun sebagai seorang anak, kakak saya ingin sekali membahagiakan ibu saya. Namun apa daya, sebuah beasiswa untuk bersekolah di bidang teknik membuatnya bimbang. Ibu saya mendukungnya untuk mengambil beasiswa tersebut walaupun kami tahu itu akan mengubur impiannya kepada kakak saya untuk berada di jalur medis. Kakak saya yang kedua adalah harapan terakhirnya untuk mengikuti jejaknya di bidang medis mengingat sebagai anak laki-laki saya jauh terkesan dari memiliki keinginan menjadi dokter ataupun seorang apoteker. Kakak saya sadar dengan situasinya. Ia pun berjuang untuk mendapatkan pendidikan di bidang medis walaupun dalam hatinya ia ingin menjadi seorang ahli di bidang hukum. Dan tes masuk perguruan tinggi mengirimkan kakak saya yang kedua untuk menempuh waktu ke depannya untuk mengambil keahlian di bidang hukum. Begitu juga saya yang sekarang sedang menuntut ilmu di bidang teknik.

Senyum selalu terpancar di wajahnya apabila kami berada bersama membicarakan akademis. Beliau selalu memberikan dukungan dan doa untuk kami selama menempuh jalur kami masing-masing di bidang akademis. Ada sedikit rasa ganjal yang menyelimuti hati saya. Apakah ini hanya perasaan saya?

9.14.2008

Feed Back

Hari ini saya mendapat apa yang telah saya inginkan terhadap kelangsungan sebuah Unit Kebudayaan Melayu Riau. Seorang anggota yang ‘bertanya’, mengajukan pendapat, dan mengkritisi. Selama ini saya sebagai ketua divisi Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA) hanya melihat (dan merasa) bahwa anggota UKMR yang sekarang khususnya yang bukan BP cenderung ‘hanya ikut’ terhadap kebijakan yang dikeluarkan BP tanpa mau mengkritisi. Mereka memang bertanya banyak, namun hanya sekedar bertanya tanpa mengkritisi. Saya yakin di balik forum atau dibalik suasana UKMR mereka ingin mengeluarkan uneg-uneg atau pendapat radikalnya, namun mereka mengurungkan. Entah mungkin karena kami -BP- lebih tua hingga membuat mereka segan atau malah takut, atau juga karena kami BP yang telah mengeksiskan UKMR yang notabenya adalah unit yang masih sangat muda, sehingga mereka merasa hanya kami yang tahu seluruh seluk beluk UKMR.

Sebenarnya setiap agenda kegiatan atau acara yang akan kami buat, telah kami coba untuk merunut semua rangkaian kegiatannya sesuai dengan runutan pembuatan sebuah rangkaian acara sebuah organisasi yang sehat. Kami telah melakukan analisis kondisi, analisis kebutuhan, membuat materi hingga parameter ketersampaiannya sampai ke teknik acara. Semuanya telah kami lakukan meski banyak kekurangan di sana-sini. Seperti ketika kami akan mencoba membuat sebuah rangkaian kaderisasi pertama UKMR. Kami telah merasakan bahwa UKMR sebagai sebuah organisasi (walaupun masih muda) telah membutuhkan sebuah rangkaian penerimaan kader-kader baru. Sangat terasa janggal oleh saya ketika menyusun materi dan meyusun materi apa saja disetiap pertemuan kaderisasi, tidak ada orang yang sok tahu, tidak ada orang yang berteriak tidak setuju, tidak ada orang yang menyalahkan dan tidak ada orang yang secara bijak menyelesaikan kesalahan yang diperbuat dalam menyusun materi. Berbeda dengan ketika saya berada dalam himpunan, banyak swasta-swasta yang menanggapi walaupun dengan cara mereka masing masing, bagaimana seharusnya rangkaian materi dan acara ke depan. Intinya saya membutuhkan pengkritisi.

Walaupun kebetulan teman-teman saya yang ada di BP UKMR adalah (bisa disebut) notabenenya anak himpunan, maka penyusunan alur kaderisiasi kami terbilang terencana dan lumayan rapi. Walaupun masih di atas kertas belum ke teknis acaranya namun saya cukup beruntung dengan keadaan di mana teman-teman saya adalah orang yang mengerti dengan arti sebuah kaderisasi dan telah membaurkan pengalaman mereka di penyusun alur kaderisasi pertama UKMR. Memang pasti ada selisih pendapat namun itu biasa dan saya rasa itu suatu keuntungan untuk mencari yang lebih baik.

Perasaan butuh seorang pengkritisi terus ada di hati saya. Namun baru ketika forum hari ini saya merasa seperti sebuah dahaga yang tersiram seteguk air, saya puas. Ada seorang anggota UKMR yang mempertanyakan acara Ganesha Jalan-Jalan (GJJ) yang juga telah kami sebagai BP telurkan untuk agenda UKMR ke depan. Dia mempertanyakan acara GJJ dengan bahasa seorang pengkritisi, walaupun masih terbungkus dengan rasa segan terhadap kami –BP-. Pembelaan demi pembelaan terus muncul, pertanyaan demi pertanyaan terus menyeruak, usul demi usul terus mengalir dan informasi-informasi baru terus berdatangan ketika sesi itu terjadi. Namun yang paling penting, sesi itu tertutup dengan adanya sebuah win-win-solution yang telah melegakan semua pihak. Sesi itu telah menyadarkan saya bahwa saya hanya berbuat sesautu yang kecil untuk unit ini dan masih banyak yang bisa saya lakukan untuk UKMR sebagai ketua PSDA.

9.11.2008

Her Shade of Blue

Kakinya melangkah dengan gontai. Tangan kirinya berayun lunglai. Tangan kanannya mendekap sebuah buku tebal, hampir dua kali lipat tebalnya buku Proses Manufakturnya Kalpakjian. Sebenarnya keseimbangannya telah terenggut dengan bertambahnya buku tebal itu. Namun fatamorgana yang telah ia ciptakan sedari melangkah pertama telah membungkam seluruh kejanggalan yang ia pikul. Satu demi satu langkah gontainya ia rajut. Entah berapa lama lagi ia dapat bertahan berjalan dengan langkah seperti itu. Sebenarnya ia sendiri pesimis dengan ketersampaian tujuan yang ia harapkan. Ia akan menuju sebuah oase tempat diagram-diagram berpegangan erat menjadi sebuah siklus yang lebih berwarna-warni ketimbang sebuah pelangi.

Peluh sudah membasahi hampir sekujur tubuhnya. Sebuah sweater hitam legam yang ia kenakan turut andil menambah peluhnya di samping teriknya matahari di atas langit. Ia terus berjalan.

Gerbang tempat diagram-diagram itu sudah kelihatan. Hiruk pikuk terdengar di sana. Semua suara berpadu mensinkronisasi sebuah bunyi baur yang tercampur aduk tepat di sekeliling diagram-diagram itu. Dalam beberapa langkah saja, ia telah melampau hiruk pikuknya gerbang itu. Perjalanannya belum berakhir. Ia harus menempuh hutan berisikan pepohonan putih nan tinggi. Pepohonan tersebut seperti sekutu tanpa konsolidasi yang melindunginya dari terik matahari. Sunyi sepinya hutan itu tak ubahnya sepi sebuah lorong yang terhembus angin semilir tanpa henti di malam hari. Hutan itu telah di depan mata.

Seperti yang telah ia bayangkan sebelumnya bahwa hutan itu teduh namun sepi sunyi. Tak ada hingar binger di sana. Angin terus membelai dan berlarian dengan sepinya hutan itu. Walaupun tanpa ia sadari hutan itu hanya beberapa langkah, namun sepi telah menabah berat langkah gontainya. Belum lagi beratnya buku tebal yang ia dekap. Semuanya seperti bersatu untuk mengurungkan ambisinya menuju oase itu. Walaupun oase yang ia bayangkan gersang, namun niatnya telah bulat untuk meraih fatamorgana itu. Tanpa berpikir panjang, tanpa memperdulikan pakaiannya yang telah kuyup oleh peluh, tanpa melihat kiri-kanan, ia maju terus.

Seperti sewindu rasanya melewati hutan itu. Konskuensi adanya luka-luka akibat sabetan ranting pohon putih tak bisa ia elakkan. Luka-luka itu telah menambah warna-warni tubuhnya yang telah lebam-lebam akibat kesunyian yang telah ia dera lebih dari jangka waktu melewati hanya sekedar hutan sepi. Dari ujung hutan itu, telah terlihat pijaran oase yang ia tuju. Pijarannya terang benderang, berbeda dengan bayangannya sedari pertama melangkah. Ia coba berlari dengan dekapan buku di dadanya. Seretan kai yang telah menimbulkan lecet di telapak kakinya, dianggap olehnya bahwa ia telah berlari. Berlari menuju pijaran itu.

Dalam sekejap, ambisi dan semangatnya telah membawanya menuju oase itu. Sekarang ia telah berada di sana. Ia rebahkan badannya ke sebuah batang kayu yang berkulit kelabu. Ia tertawa riang dalam rebahannya. Di letakkannya buku tebal itu tepat di samping kanan kepalanya yang telah basah oleh peluh. Ia ingin terlelap. Badannya bahkan telah mendahuluinya untuk terlelap. Namun hatinya bergejolak, hatinya berontak untuk tetap membangunkannya sampai cahaya teduh itu dating. Dari awal ia tidak pernah mempermasalahkan gersangnya oase dalam bayangannya itu. Dari awal ia datang ke oase memang bukan untuk meneguk sebutir air, bukan untuk menyerah untuk terlelap, namun ia menunggu datangnya cahaya teduh yang telah lama hilang dari kehidupannya. Buku tebal itu didekapnya untuk menemaninya menggu cahaya itu. Ia menegakkan kepala dari rebahnya dan mulai membuka buku tebal itu. Satu demi satu kata ia lahap sembari menunggu cahaya teduh itu. Entah sudah berapa alinea, berapa halaman, berapa bab ia lahap, cahaya itu tak kunjung datang. Suara khas sebuah kertas diayunkan untuk menuju halaman berikutnya telah membuyarkan konsentrasinya. Ia menoleh. Dari ujung jarak pandangannya ia melihat cahaya teduh itu mendekat. Cahaya teduh itu terus mendekat di antara gerlapnya pijaran oase itu. Ia terus menatap cahaya teduh itu, ia tak mau berpaling. Namun tiba-tiba ia bingung, apakah ia harus menyentuh cahaya teduh itu? Apakah ia harus mendekapnya? Atau ia harus berlari menyambutnya dan mengantarkannya kepada sebuah pelukan hangat seorang ksatria?

Pikirannya terus berputar. Cahaya teduh itu terus mendekat lebih cepat daripada yang ia bayangkan. Dalam beberapa hitungan cahaya itu telah berada hanya beberapa langkah darinya. Dengan sigap dan tanpa pikir panjang ia menyentuh cahaya itu. Cahaya itu bertambah teduh ketika ia menyentuhnya, tapi cahaya itu segan itu menyentuh kembali dirinya. Cahaya itu segan akan membakar. Cahaya itu segan akan melumat habis oase itu. Cahaya itu hanya berlalu dengan disertai keteduhan tanpa akhir. Namun keteduhan tanpa akhir itu cukup membuatnya puas dan bisa memejamkan mata untuk sekejap terlelap tenang.

9.10.2008

Lentera Hati

Pernahkan anda mendengar lagunya Nuggie yang berjudul Lentera hati? Di lagu Nuggie yang berjudul lentera hati tersebut menceritakan beberapa orang yang pernah hidup dengan tanpa memperdulikan lentera hatinya. Orang-orang yang dikisahkan di lagu itu lambat laun sadar bahwa kebahagian hidup terpancar dan termiliki ketika kita mengikuti apa kata hati kita, kata hati yang diibaratkan sebagi lentera oleh seorang Nuggie. Di video klipnya terlihat bebrapa orang yang memegang sperti papan white board kecil. Bagian depannya bertuliskan suatu kenyataan yang telah ia alami tanpa mengikuti kata hati dan bagian belakangnya adalah keinginan lentera hatinya yang menuntunnya sampai sekarang dan ia bahagia olehnya.

Saya sangat setuju dengan pendapat bahwa hidup akan bahagia apabila kita mengikuti apa kata hati kita. Segalanya akan terasa ringan dan segalanya akan berawal dengan niat yang tulus ikhlas apabila kita mengikuti apa kata hati kita. Karena semua yang ada di hidup kita, baik atau buruk, benar atau salah, pasti bisa kita pilah pilih sebagi insan yang dewasa. Namun mengikuti apa kata hati jauh berbeda dengan mengikuti hawa nafsu. Kata hati lebih kepada tutnan untuk meraih sebuah kebahagian hakiki dengan segala konsekuensinya. Menurut saya, mengikuti kata hati sperti misalnya kita ingin menjadi pelukis, maka dengan senang hati, tulus ikhlas kita akan menuangkan segala usaha, peluh, dan doa agar menjadi seorang pelukis. Kita dapat menerima konskuensi apabila kegagalan datang melanda atau bahkan kesuksesan tak kunjung datang. Namun semua yang telah kita lakukan telah membuat kita bahagia. Jauh berbeda dengan nafsu. Apabila kita telah memperturutkan nafsu menjadi pelukis misalnya, segala car harus dilakukan agar keinginan kita tercapai. Halal ataupun haram tak jadi soal. Kemungkinan stress akibat kegagalan sangat tinggi apabila memperturutkan hawa nafsu. Kita menolak konskuensi yang akan dihadapi dengan mencapai cita-cita.

Namun ada yang sedikit mengganjal ketika saya melihat sebuah scene di video klip Lentera Hati-nya Nuggie, yaitu ketika seorang perempuan yang berpakaian modis layaknya entertainer atau presenter membawa papan whiteboard dengan tulisan “Asli Lulusan Teknik Mesin”. Saya yang sedang berkuliah srata satu di bidang Teknik Mesin merasa sedikit aneh. Saya mengerti dalam scene tersebut mengisahkan bahwa sebenarnya perempuan tersebut BELUM mengikuti lentera hatinya ketika berkuliah di teknik mesin. Ia menjadi seorang entertainer ketika telah mengikuti kata hatinya dan merasa bahagia dengan keadaannya sekarang. Yang ingin saya bahas di sini adalah kecendrungan seorang perempuan untuk (sebenarnya) belum mengikuti kata hatinya apabila berkuliah di bidang yang terkenal dengan jurusan teknik yang hamper di isi oleh kaum Adam tersebut. Seperti aib apabila seorang perempuan untuk berkuliah di teknik mesin. Padahal katanya sekarang sudah emansipasi wanita di mana laki-laki sudah sejajar dengan perempuan (katanya). Namun ternyata emansipasi tersebut menurut saya hanya bahan diskusi tanpa implementasi. Karena memang sepantasnya kesejajaran tersebut tidak ada. Yang ada menurut saya adalah kesejajaran tersebut hanya menimbulkan kontroversi. Lebih bijak apabila hubungan laki-laaki dan perempuan adalah hubungan saling melengkapi, bukan hubungan semuanya harus dibagi sama rata. Hubungan substitusi atau sama rata berbeda dengan hubungan komplemen atau saling mendukung. Lai-laki bukan apa-apa jika tidak ada perempuan dan begitu juga dengan sebaliknya. Suatu fakta mengatakan bahwa kesuksesan seorang laki-laki diraih dengan perempuan sebagi tangan kanannya.

Kembali ke masalah lentera hati dan tentang seorang perempuan pemegang whiteboard. Pengalaman saya, jika perempuan berada di lingkungan bidang laki-laki, peluang untuk menonjol sukses dan berprestasinya lebih besar. Kakak saya adalah sarjana teknik sipil ketika zaman teknik sipil masih pada zaman kelangkaan kaum hawa di jurusan Soekarno tersebut. Sekarang ia mudah untuk mendapat promosi jabatan atau tambahan pengalaman dikarenakan seorang perempuan. Di dunia profesinya ia cepat diorbitkan karena jarangnya perempuan di bidang sipil tepatnya konstruksi.

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan adalah apabila kita belum mengikuti kata hati dan sulit untuk mengikuti kata hati, tak ada salahnya untuk mencoba memilih lentera hati yang lain. Jangan membuang nasi yang telah menjadi bubur, alangkah baiknya apabila bubur tersebut kita beri suiran ayam, cakue, dan kacang sehingga menjadi bubur ayam. Dengan kata lain, dengan syukuri apapun yang kita lakukan, apa yang kita dapat, karena dengan mensyukuri maka karama akan mempermudah hidup kita, sehingga lentera hati sebagai awal kebahagian akan terset ulang menjadi sebuah cahaya teduh abadi sebuah lilin yang menerangi kegelapan malam.

Revolusi

Mulai sekarang aku akan berubah. Awalnya aku pernah berpikir akan menjadi gue. Akan tetapi, gue lebih kepada bahasa sehari hari yang menurutku kurang tepat untuk mencapai sasaran utamaku ketika awal sekali membuat blog, suatu keterbiasaan menulis. Karena dari dulu aku ingin menulis namun masih malas untuk menuangkannya. Berpikir akan menjadi aku. Tiba-tiba pikiranku mengelak dengan merasa kalau aku yang sekarang sama dengan aku yang diharapkan seorang Chairil Anwar terhadap AKU. Beliau ingin dengan aku, ia merasa sangat angkuh, berbeda dengan saya yang terkesan halus dan formal. Namun setelah aku berpikir ulang di sela kesibukan laporan, tugas , dan TP praktikum, aku akan berubah, aku akan menjadi saya. Tak ada salahnya menulis formal, toh semuanya untuk kebaikan saya. Saya telah berevolusi. Saya kan melanjutkan semua tulisan yang telah aku torehkan. Saya kan hadir dan menjadi lanjutan hidupku.

YOU

you are a mistery
you almost missed in a mist
you love the rain and dislike the sun
but you keep the light and leave that falling water

you are more beautiful than the beauty
the beauty of relativity
the relativity of a fool
though you are still beautiful

I just can stand
warn myself to not keep more
cause the more I keep the more I lose
but it is just a matter of time

you are too special than others
others who only search for happiness
others who only try to find a world
but you have got them on your own

you only recognize your far side
you don't know if you talk to your love
right in front of you

9.09.2008

Lecutan Almamater

Masih seperti ancaman kalau jika sarjana nanti masih seperti ini. Ancaman sperti hanya akan selesai menuntut ilmu di Institut gajah hanya membawa ijazah tanpa kemampuan sebagai mana mestinya seorang sarjana. Bayangkan saja, sampai saat ini aku telah mengikuti beberapa mata kuliah yang telah lulus dengan nilai yang cukup memuaskan bagi seseorang yang tidak mengerti esensi kuliah yang telah diambil. Mekatron, aku beruntung telah lulus karena dengan keberuntunganku tersebut telah mengakibatkan ujian-ujian Mekatron mirip bahkan ada soal yang sama dengan pr-pr yang telah diberikan. Aku lulus cukup dengan menguasai pr-pr tersebut. Sekarang aku malu kalau ditanya mengenai mekatron, karena memang dari awalnya kau tidak terlalu mengerti dengan mata kuliah ini. Terkadang nilai yang aku dapat dari mata kuliah ini terasa yang pintar dari pada aku sendiri. Anum aka Analisis Numerik, aku hanya menyontek semua pr yang diberikan dan betapa beruntungnya aku ketika UAS, soal yang tertera di lembar pertanyaan UAS sama persis dengan beberapa halaman saja yang aku pelajari dari buku Chapra. Itupun aku membacanya H-4 UAS, H alias hour bukan hari. Dan beberapa mata kuliah lain yang aku rasa indeks nilainya lebih cerdas dari pada kepintaranku menangkap maksud dari mata kuliah itu.

Aku sadar aku akan terjun ke dunia keprofesian, aku sadar aku belum jadi apa-apa walupun sekrang aku telah tingkat tiga dan beberapa bulan ke depan aku akan Kerja Praktek. Apa aku harus menunggu lecutan almamater ketika terjun ke dunia keprofesian nanti? Apakah aku harus mulai bekerja keras ketika mereka meremehkanku yang merupakan tamatan sebuah institute teknik ternama di negeri ini? Seharusnya itu tidak perlu terjadi. Namun terkadang anggapan bahwa IP tinggi menjadi dosen, IP menengah menjadi pegawai dan IP rendah menjadi pengusaha menggoyahkanku. Sekarang aku termasuk dalam indeks kisaran sebuah pegawai. Seorang sarjana tidak membawa IP telah aku rasakan ketika tes untuk magang di salah satu Oil Service Company. IP hanya untuk formalitas agar lulus administrasi. Lebih bijak kalau mengadili seorang sarjana tamat dengan membawa ilmu yang dengan susah payah ia timba selama bangku perguruan tinggi. Namun hanya IP lah bukti otentik seorang mahasiswa mempertanggungjawabkan akademisnya di depan orang tuanya, di depan instansi yang membeasiswainya, dan di depan orang yang bertanya “Berapa IP lu?”.

Namun (hampir) semua mahasiswa tahu bahwa masih ada sebuah kompetensi yang harus dikuasai selama mengenyam bangku perkuliahan. Softkill. Kemampuan berkomunikasi dan berorganisasi merupakan salah satu syarat mutlak untuk stabil di dunia keprofesian kelak. Sepintar apapun seseorang apabila ia tidak bisa mengkomunikasikan kepintarannya maka semuanya akan terbuang sia-sia. Zaman sekarang adalah zaman membagi ilmu. Bukan zaman merebut ilmu. Hanya dari semua kompetensi tersebut aku masih bertanya-tanya apakah aku sudah berada dalam jalur seorang sarjana yang semestinya? Apakah aku hanya sadar tanpa punya andil untuk bergerak memperbaiki kekurangan yang ada untuk menjadi seorang sarjana? Apa aku harus menunggu untuk dipermalukan agar kemampuanku yang sebenarnya mekar?

Rata-rata sarjana Ganesha menjadi handal dengan rasa malu. Menjadi handal ketika almamternya dipertanyakan. Apakah aku termasuk golongan itu kelak? Bagaimana dengan kalian?

9.06.2008

Quasi Stellar

just a joke for one's prediction
you're actually the crowd of your own silence
even no love and no rain
it ain't a nightmare of being alone
you're always the beauty for your own mirror

the more you hope
what the rainbow decided
just the eye of thank

no need to turn black
no need to run off
no need to blame your heart
you only need a piece of pride

can you imagine the heaven?
it cried for you everytime
till you find yourself behind you yourself
cause everything is made so shinny as a star
even the shadows

seize what are on your hand
they'll help you someday
when the world will be being a parasite
for the ones who betray it
for the ones who leave it

you better denying the rain ringing
than just covering your ears from the song of the world
why did they always jump over the stars?
why did they have a lot unanswered question?
why didn't they just look at the stars?
and focus on the stars those entertain every night
without any unanswered question they brought

you, you live long like a stellar
a big star that share every happiness,
a big star that protect every sadness of a universe

9.05.2008

Bukan Rejeki

Semua berawal dari gak bisa ngerjain tes awal pas praktikum Matrek, padahal persiapan buat praktikum udah oke banget. Fotokopi Dieter walaupun cuma bab uji keras doank, trus nanya temen yang udah praktikum kalau praktikum uji keras gimana, udah nurunin rumus Brinell ma Vickers, udah baca berkali-kali bahan buat praktikum. Kenapa ya? Apa gugup karena udah setaun gak praktikum? Gak juga sih, soalnya, praktikum kan gak serem-tegang-mpe-berkeringet gitu kan kondisinya. Malah tadi praktikum dapet asisten yang baek lagi, gak bawel-resek gitu. Kenapa ya?
Tapi bukan karena gak bisa ngapa-ngapain pas praktikum yang jadi ‘sial-of-the-month’ kali ini. Pas lagi presentasi tes awal, hp aku getar-getar terus. Dengan rada sedikit kesel mengingat lagi praktikum, aku liat sipa yang nelpon. Ternyata no im3 yang g ada di phone book. Aku biarain. Eh, dya nelpon lagi, terus aku biarin lagi. Terus lagi, dan aku biarin lagi. Akhirnya dengan rasa penasara, aku sms tu orang yang nelpon-nelpon tadi. Ternyata si Vani –sorry, namanya emang nama cewe, tapi dya cowo-, dengan rada bingung aku hanya iya-iya aja kalo Vani nelpon.
Udah sejam lebih dengan presentasi tes awal dan ngamplas benda uji, langsunglah aku plus temen-temen satu kelompok ke alat uji. Pas lagi kebagian handle material uji baja karbon rendah dan pas lagi uji kekerasan brinell, ada yang nelpon lagi. Paling si Vani lagi. Aku diemin aja. Terus hp-ku getar lagi. Aku liat. Ternyata nomor g dikenal lagi, 022251xxx gitu. Ni siapa ya? Ya uadah males mikirinnya.
Stelah abis praktikum uji keras yang notabenenya praktikum paling lama dia natara praktikum yang lain, aku baru inget kalo kemaren aku ngedaftar buat jadi asisten MKM. Ternyata yang nomernya 022251xxx itu si dosen yang ngasi tau kalo aku harus dating briefing buat jadi asisten MKM hari itu juga, jam itu juga. Yanh mana aku tau kalo yang nelpon dia. Sambil jalan ke depan gedung Mesin, aku coba nelpon balik nomer itu. Eh aku ketemu Gustavo yang tampangnya lagi kesel-kesel gitu. Ternyata nasibnya sama ama aku. Rupanya gara-gara gak bisa ikutan briefing jadi asisten karena lagi praktikum, aku didepak jadi asisten dan diganti sama orang lain. Gimana gak kesel. Gak bisa ikutan briefingnya bukan karena alasan yang gak jelas, TAPI LAGI PRAKTIKUM! Parah banget!
‘maaf mas, mas emang sangat berpeluang menjadi asisten tetapi gak datang briefing 15 menit yang lalu. Baru aja mas digantiin….’
Wah parah banget, kesel ni. Udah ilang pengalaman jadi asisten, ilang kesempatan nulis di CV pernah jadi asisten terus ilang kesempatan buat dapetin uang jajan! Alasannya norak lagi. LAGI PRAKTIKUM! Emang gak rejeki…

9.01.2008

Pertama

Ini taun ketiga, aku menyambut bulan puasa Ramadhan di Bandung. Gak sperti sewaktu masih sekolah -maksudnya masi sekolah pake seragam, maklum sekarang juga masi sekolah cuma namanya aja yang diganti jadi “kuliah”-, biasanya kita libur saat menyambut bulan puasa dan menikmati tarawih pertama, sahur pertama, dan puasa pertama di rumah, di antara hangatnya sebuah keluarga. Di mana kita hanya tinggal dibangunin pas sahur dan tinggal duduk di meja makan ketika buka.

Namun awal Ramadhan sekarang aku punya sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Saat itu hari pertama kita tarawih. Aku –sperti bulan Ramadhan sebelumnya- sholat isya plus tarawih di mesjid LIPI di daerah Sangkuriang, tetangganya Cisitu. Jemaahnya rame seperti biasanya tarawih pertama. Dari awal aku sudah memperhitungkan kalo kejadian “rame” ini, jadi aku datengnya agak awal dari yang laen. Kejadian berkesannya adalah ketika empat rakaat kedua -di mesjid LIPI ini teknis sholatnya empat rakaat empat rakaat dan witir tiga rakaat- sholat tarawih di mesjid yang pembicara ceramahnya biasanya orang yang gelarnya tinggi-tinggi ini. Ketika rakaat ketiga, ketika imam membaca aurat pendek, tiba-tiba suaranya berubah menjadi parau dan sedikit mengisak. Beliau menangis! Aku gak tau surat apa yang dibacanya, kayaknya beliau membaca potongan ayat, tapi yang membuatku merinding adalah momen ketika beliau menangis itu. Imam mengangis ketikamembaca surat-surat-NYA saat sholat berjamaah, baru sekali ini aku alami. Dari dulu, aku hanya mendengar cerita dari guru agama atau ustadz. Aku g menyangka aku bisa berada di peristiwa itu. Sangat berkesan. Mengingatkanku pada kekuasaan-Nya.

Hujan juga terus mengguyur sehabis sholat tarawih. Suaranya saat keras ketika memantul dan menabrak atap-atap. Namun anehnya, aku dan orang-orang yang selesai sholat dan dalam perjalanan pulang tidak seperti diguyur hujan deras. Padahal ketika aku melihat cahaya lampu mobil, aku melihat biasan hujan yang aku pikir saat itu cukup deras. Namun sekali lagi, aku memang basah, namun tidak sekuyub yang aku bayangkan dan sekuyub yang seharusnya hujan bisa tumpahkan airnya ke badanku dan orang-orang ke sekelilingku. Subhanallah.

8.31.2008

Nikah Muda?

“ love hurts, but sometimes it’s a good hurt and it feels like I’m alive…”

Sepenggal liriknya Love Hurts yang dinyanyiin Incubus seperti ngingetin kita kalo yang namanya cinta itu emang bikin sakit tapi sakitnya itu adalah aliran listrik tegangan tinggi yang tergroundkan alias setruman yang membuat kita terjaga dan menyadarkan bahwa kita masih hidup. Masalahnya g semua orang ketika di”setrum” oleh cinta malah merasa masi hidup, banyak yang malah memilih untuk menyendiri, depresi, bahkan bunuh diri.
Sebenarnya sekarang aku g akan permasalahin yang namanya cinta maklum aku g terlalu melankolis-romantis-puitis banget. Yang ingin aku floorin di sini, masalah nikah muda ketika masi kuliah atau baru tamat tapi dari sudut pandang seorang cowok.
Aku punya temen (kalo g ada keterangan gendernya, asumsikan gendernya cowo maklum anak Mesin, hahahahaha) yang pengen nikah muda. Katanya kalo kita nikah muda, kita g perlu lagi capek-capek ngecengin cewe atau dengan kata lain udah focus ke satu orang cewe aja. Terus dengan tidak terbuangnya waktu untuk ngecengin cewe, maka kalo pas kuliah kita bisa focus belajar alias IP bisa menanjak kalo tadinya jelek. Langsung banyak kan temen aku yang laen yang nanggepin. Ada yang naggepin:
1. Wah gila juga lu, emang ntar istri ga perlu makan apa, makan CINTA!
2. Justru karena masi muda, emosi masi labil, ntar malah gampang kegoda cewe laen, yang namanya nikah tu bukan maen-maen lho!
3. Gua stuju ma pendapat lu tentang nikah muda, tapi lu inget g kewajiban suami? Nafkahin istrinya oy, untung-untung kalo istri lu ntar ngerti, kalo kagak?
4. Waduh elu, emang ada ya orang tua yang ngelepasin anaknya nikah ama cowo yang belum bisa ngasi nafkah lahir batin bwt anaknya?

Untuk 5, 6, 7, dan sterusnya naggepinnya mirip-mirip lah. Pada banyak yang negative alias kurang setuju atau malah g setuju.
Kalo menurut diri pribadi sih, ya g papa kalo nikah muda asal dua pihak uda setuju. Tapi aku masih condong ke kurang setuju. Masalahnya ya jelas tentang memberi nafkah lahir batin. Bukan menjudge kalo cewe sekarang pada materialistis, tapi lebih berpikir logis kalo yang namanya nafkah bukan hanya cinta dan kasih sayang, tapi juga aspek lain untuk keberlangsungan hidup. Sperti kata Aa’ Gym,
G perlu materi berlimpah tetapi yang diperlukan adalah ketika kkita butuh, yang kita butuhkan ada.
Sekali lagi, bukan menjudge kalo cinta itu bullshit, aku masih percaya kok dengan yang namanya kekuatan cinta. Emang kalo katanya lirik Slank yang bilang miskin punya cinta trus bahagia lebih baik daripada kaya harta tapi sengsara kayak KORUPTOR. Sudut pandang yang aku ambil di sini adalah sudut pandang ketika menghindari seorang suami untuk membiarkan istrinya terlantar apalagi ntar kalo punya anak. Pak Zainal, dosen Kurtek, pernah bilang
Kalo mau bikin usaha alias berwirausaha langsung sehabis tamat kuliah buat anda yang kaya itu g masalah. Tapi buat anda-anda yang menengah apalagi yang miskin lebih baik jangan. Kenapa? Sebuah wirausaha pasti awalnya memiliki gradient negative terlebih dahulu baru nanti pada gradient nol akan trus ke gradient positif. Buat yang kaya, kondisi gradient negative bisa dengan mudah tidak menyentuh nilai fungsi negative dengan memberi konstanta awal alias pundi-pundi uang yang berlebih. Namun buat anda-anda yang menengah atau miskin, nilai fungsi negative yang akan anda alami bisa membuat anda stress. Okelah jika anda ambisius bisa menahan lapar, tapi bagaimana dengan istri anda? Tidak masalah jika istri anda mengerti keadaan anda dan bisa menahan lapar, tapi bagaimana dengan anak-anak anda?
Alangkah lebih indahnya jika kita mendapatkan istri yang mengerti dengan keadaan kita, namun kita juga sebagai calon suami juga g boleh lepas tanggung jawab dengan berpikiran bahwa seorang istri pasti mengerti. Berpikirlah worst case yang akan terjadi dengan tidak melupakan optimisme. Cinta memang indah, cinta memang sakit namun buatlah keindahan cinta sebagai obat rasa sakit cinta.

8.21.2008

Seperti Ilmu Padi

Seperti Ilmu Padi…

Kemaren aku ikut seminar Nissan Technology Square di Mal Kelapa Gading 5. Aku berangkat dari bandung, dari kampus sekitar jam 11-an. Yah kira-kira menempuh 3 jaman lah sampe ke sana. Ketika baru menjejakkan kaki di tempat seminar, sudah ditunggu oleh panitia dari Nissan Motor dan mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Industri Universitas Tarumanegara. Aku yang bersama rombongan HMM dan KMPN ITB plus dua dosen masuk dengan sedikit g enak karena terlambat. Ternyata keterlambatan kami sudah dimaklumi oleh panitia.
Seminar dimulai kira2 jam 2 lewat dikit. Dimulai dengan persentasi dari Vice presidentnya Nissan Motor Jepang. Gila gak tuh! Namanya Pak Hideyuki SAKAMOTO. Dengan menggunakan bahasa inggris plus logat jepang yang sangat kentara, beliau menjelaskan panjang lebar mengenai perkembangan Nissan Motor dari tahun ke tahun. Beliau juga memperkenalkan direktur utama Development technology Center South East Asia.
Dilanjutkan dengan persentasi dari bapak Takahiko UCHIMURA, senior mangaer Technology Marketing nya Nissan Motor. Juga dengan bahasa inggris plus logat jepang yang kental beliau menjelaskan teknologi2 terbarunya Nissan Motor.
Agak membosankan karena bahasa inggris para petinggi2 Nissan Motor terkadang agak sulit dimengerti. Tapi banyak hal 2 yang menarik untuk diketahui. Seperti teknologi safety nya Nissan di mobil2 keluaran terbarunya. Bayangin, sekarang mobil2 terbarunya Nissan akan mengerem sendiri apabila di depannya ada mobil lain. Ini disebabkan adanya teknologi sensor yang menyebabkan pedal rem akan terinjak otomatis ketika sensor tersebut terpantul ke mobil. Keren kan! Trus ada teknologi baru di mana ketika kita menginjak rem, maka safety belt akan sedikit mengencang yang menghidari guncangan ke depan si pengemudi. Juga ada teknologi Intersection. Jadi sensor pada mobil akan memberi perintah otomatis apabila ketika di persimpangan sensor mendapati ada mobil lain yang akan melintas. Juga teknologi alarm yang berbunyi ketika mobil kita keluar dari line jalan yang seharusnya. Teknologi ini terletak pada camera yang terpasang pada kaca spion. Sangat terlihat bahwa Nissan Motor sangat mengutamakan keselamatan pengemudi.
Semua mobil terbarunya Nissan, apabila tabrakan terjadi, maka kerukan akan menjalar dari depan langsung ke belakang dengan getaran yang diidealkan harmonis. Sehingga membuat pengemudi lebih aman walaupun tetap ada impact yang dirasakan pengemudi. Namun sayangnya semua teknologi Nissan yang keren2 tersebut tergolong sangat mahal dan baru dipasarkan di Jepang dan USA. Semua teknologi tersebut juga hanya terpasang pada varian terbaru mobil2 Nissan, tidak bisa di modifikasi dari mobil2 yang lama.
Ada satu inovasi dari Nissan yang membuat peserta terkagum-kagum yaitu diluncurkannya concept Pivo2. Kendaraan ini sangat unik dari sisi desain dan canggih dari sisi engine. Pintu masuk dari depan. Tempat duduk untuk 3 orang yang diletakkan sejajar jadi dari samping deperti mobil dengan dua pintu. Dengan stir namun sudah banyak pengendali otomatis. Kendaraan yang ditenagai dengan batere di bagian chasis bawahnya ini dapat memutar rodanya ke segala arah sehingga memudahkan kita ketika parker. Desain seperti kancil yang unik namun futuristic sangat manis. Para peserta seminar sangat heboh ketika membicarakan pivo2 begitu juga aku.
Setelah seminar selesai dibuka sesi tanya jawab. Awalnya agak sepi yang mau bertanya. Namun setelah tau bahwa penanya mendapat kaos keren dari panitia, penanya langsung menjamur. Ntah haus akan jawaban atau haus akan baju kaos.
Sehabis sesi tanya jawab, kami dihantarkan ke pameran teknologi Nissan Motor g jauh dari tempat seminar. Di sana aku sangat tertarik dengan prototype pivo2. Ketika melihat2, pak UCHIsan menghampiri dan pecahlah keheningan di sana. Aku dengan lahap bertanya kepada beliau. Yang g disangka2, ternyata beliau menjawabnya dengan hangat sekali, serasa beliau bukan senior manajernya Nissan Motor. Tanpa canggung aku melontarkan pertanyaan2 yang dari tadi tertahan oleh rasa kagum ku pada beliau.
Ketika aku melihat2 sistem brakingnya Nissan yang baru, aku melihat pak Sakamoto berdiri di sana. Orangnya sangat kocak. Juga g nyangka kalo orang yang pangkatnya udah setinggi beliau masih menjawab pertanyaan2 dengan ramah dan humor. Yah walaupun dengan logat yang sedikit aneh.
Setelah selese acara, masi terbayang bagiku orang yang sudah sukses seperti mereka bersikap sangat ramah dan hangat. Seperti padi, makin berisi makin merunduk. Tidak seperti orang2 zaman sekarang yang makin ‘berada’ makin sombong. Sayang aku lupa untuk berfoto bareng beliau2. Padahal dokumentasi tersebut bisa menjadi motivator yang sangat bagus. Sperti beliau2, dengan ilmu, kekayaan, kesuksesan, bukan alasan untuk menjadi angkuh namun alasan untuk tetap ramah dan berbagi kepada yang lain. Arigato SAKAMOTOsan! Arigato UCHIMURAsan!

8.18.2008

Hari ini OHU ...

Hari ini OHU…
Ya, hari ini OHU 2008. Hari ini aku bernamakan “Aris dari UKMR (Unit kebudayaan Melayu Riau)”. Untuk OHU hari ini, kami telah mempersiapkan semuanya mulai dari dekor sampai sebuah property sebuah mascot gajah setinggi dua meteran mulai dari seminggu yang lalu. Khusus untuk gajah, bikinnya lumayan lama, sekitar 4 harian. Sebenarnya aku gak pantas untuk menyebutnya kami, aku hanya membuat ukiran, mengecat, bermain gitar (walaupun aku cuma bisa ngejreng-ngejreng g jelas), duduk-duduk g jelas dan tertawa (juga tertawa g jelas). Bisa dibilang aku hanya menemani mereka bekerja untuk dekor dll sampai larut, that’s all.
Kembali ke OHU hari ini, aku datang jam 10an soalnya aku baru pulang dari stand kira-kira jam stengah 4an dini hari. Aku ketiduran. Aku bahkan stengah sadar kalo Trisna menelfon, seingatku,
Aku : haloh…
Trisna : dimana?
Aku : egh...
Trisna : ke kampuslah Ris, sekarang!
Aku : egh…
Trisna : Ris!
Aku : egh…
Trisna : (menutup telfon)
Aku : egh… (lalu tidur lagi)
Aku baru terjaga ketika puja yang menelfonku untuk datang ke stand. Selama OHU aku hanya,
1. Duduk-duduk g jelas di deket stand mpe bosen
2. Muter-muter bareng Alit
3. Beli rokok di depan dan ngerokok bareng Trisna (juga di depan)
4. Nemenin Pipi muter-muter
5. Beli Boulevard dari Gio
6. Dengerin acara mpe bosen
7. Pulang
Aku hanya lakuin everything those are usual for OHU attendants. Semuanya biasa-biasa aja kecuali dua hal. Pertama, ketika aku muter-muter bareng Alit, aku ngelewatin stand unitnya dya. Aku ngelihat dya, dan ketika dya ngeh, dya nyapa duluan dengan hanya bilang ‘hello’. Tapi itu cukup buatku untuk. Sapaannya bagaikan teriknya hari itu telah pudar dengan hujan deres yang hanya beberapa detik (hahahaha, lebay). Tapi beneran lho. Dya g pernah nyapa duluan kalo ketemu aku sejak ‘saat itu’. Bagi ku ini termasuk extraordinary miracle for today. Pakaiannya yang serba putih dipaduin cardigan pink cukup membuat mataku teduh dan melupakan panas sinar matahari saat itu. Kedua, ketika aku nonton penampilan Asraf dkk di atas panggung nyanyiin lagu Selayang Pandang dan Zapin. Senyumku terus tersungging. Dan aku rasa semua UKMR’ers yang juga melakukan hal yang sama. Terus tersenyum puas sampai penampilan mereka usai.

Zendagi Migzara

Zendagi Migzara,

Aku terlalu egois untuk seorang manusia. Aku terlalu curiga dan mengeluh. Di saat aku memiliki sebuah jadwal untuk kencan dengan gadis impianku, aku ingin semua hari ke depan dihapus seakan besok adalah hari yang aku idam-idamkan. Ketika aku gagal pada saat ujian dan mengetahui kalau nilaiku tidak layak untuk ku lihat, yang ku inginkan hanya memutarbalikkan waktu kembali ke saat aku akan ujian. Namun sewaktu aku berkumpul dan bercengkrama riang dengan keluargaku, aku tak ingin waktu-waktu indahku itu terenggut dengan bergelindingnya roda waktu.

Aku terlalu egois.

Terlalu egois seakan semua perhatian harus tertuju padaku. Terlalu egois seakan rasa sayang bisa diartikan rasa benci. Terlalu egois seakan seorang teman bisa dianggap sebagai seorang lawan.

Zendagi migzara

Sebenarnya aku sadar, yang selalu konstan di dunia hanyalah perubahan, yang selalu berputar hanyalah roda waktu. Namun terkadang dalam kesadaranku semua sifat egoisku mengendap seperti makanan yang berada di ujung lidah dan hanya beberapa milimeter lagi akan ku muntahkan. Kehidupanku hanya cerita berliku yang terlalu lurus untuk seorang pembalap yang menginginkan kemampuannya bertambah di lintasan berkelok. Namun cukup menanjak bagi seorang pelari 100 meter yang berambisi memecahkan rekor dunia. Aku kadang curiga dengan hidupku yang terkadang berjalan sesuai dengan rencana yang telah ku pahat di buku catatan hitam yang tak berlembar satu kertas pun. Namun terkadang aku mengeluh ketika rencanaku berantakan hanya karena kehilangan gerakan satu detik dari arloji yang selalu terikat longgar ditangan kiriku.

Apa kecurigaan dan keluhanku wajar untuk seorang manusia?

Apa kecurigaan dan keluhanku tidak wajar?

Aku bisa jadi seorang Afghanistan yang ceroboh, seorang Cina yang perhitungan, seorang Rusia yang dingin, atau seorang Amerika yang sok berkuasa bahkan aku bisa tetap menjadi seorang Indonesia yang serakah

Zendagi migzara, life must go on, kehidupan harus terus berjalan

John Mayer- Stop This Train

No I'm not color blind

I know the world is black and white

I try to keep an open mind

But I just can't sleep on this tonight

Stop this train

I want to get off

And go home again

I can't take the speed it's moving in

I know I can't

But honestly, won't someone stop this train?

Don't know how else to say it

I don't want to see my parents go

One generation's length away

From fighting life out on my own

Stop this train

I want to get off

And go home again

I can't take the speed it's moving in

I know I can't

But honestly, won't someone stop this train?

So scared of getting older

I'm only good at being young

So I play the numbers game

To find a way to say that life has just begun

Had a talk with my old man

Said "help me understand"

He said "turn sixty-eight"

"You'll renegotitate"

"Don't stop this train

Don't for a minute change the place you're in

And don't think I couldn't ever understand

I tried my hand

John, honestly we'll never stop this train"

Once in a while, when it's good

It'll feel like it should

And they're all still around

And you're still safe and sound

And you don't miss a thing

Til you cry when you're driving away in the dark

Singing

Stop this train

I want to get off

And go home again

I can't take the speed it's moving in

I know I can't

Cause now I see I'll never stop this train