9.28.2008

kite runner

Kemaren saya baru saja menonton film Kite Runner. Film yang membuat saya penasaran dengan bagaimana sebuah rasa bersalah Amir, sebuah kewibawaan dan harga diri tinggi seorang Baba jan, kepolosan Hassan, kebijaksanaan Rahim jan, dan kelicikan seorang Assef. Semuanya terdeskripsikan langsung dalam sebuah film. Bagaimana saya tidak penasaran.

Namun apa yang saya dapat setelah menonton film hasil saduran novel karya Khaled Hosseini yang pernah mendapatkan New York Best Seller ini sangat jauh dari yang saya harapkan. Ketika membaca bukunya kita seperti menerawang. Seperti berada di samping Amir ketika ia merasa dunianya penuh dengan penyesalan, merasa ketakutan seperti Hassan, dan masih banyak lagi situasi yang bisa kita imajinasikan dengan membaca novel tersebut. Namun sangat jauh berbeda dengan filmnya. Bukan saya tidak menghargai hasil karya film sang sutradara. Namun filmnya terasa sangat hambar, ceritanya sangat terasa telah dipotong-potong dengan benang merah yang belum tersambung. Awalnya yang membuat saya sangat penasaran adalah seorang Baba yang dengan wibawanya, harga dirinya, sikapnya yang tegas, dan semuanya yang diceritakan penulis di novelnya. Kita bisa merasa takut hanya dengan membaca deskripsi seorang Baba di novelnya namun sangat berbeda dengan di filmnya. Baba kurang tereksplorasi perannya. Kepolosan dan kebaikan hati Hassan yang sangat terlukiskan di novelnya juga kurang terasa ketika menonton filmnya. Semuanya jauh dari yang saya harapkan. Saya sedikit kecewa.

*semuanya tergantung selera, saya berpendapat film Dark Knight sangat bagus dengan cacat durasi yang terlalu. Lebih bagus dibanding Iron Man. Namun teman-teman saya banyak yang mengatakan bahwa Dark Night tidak da apa apanya dibanding Iron Man. Yah, semuanya tergantung selera, walaupun standar film itu bagus atau tidak, tentu ada di tangan seorang yang expert di bidang ini, ya, saya hanya penikmat.

1 shadows:

aRr mengatakan...

ariis,,

dah lamaa ga ketemuu..

kite runner lebih enak baca bukunya ketimbang nonton filmnya..

banyak detail yang kelewat..

uwmm,,
berhubung gw lebih penikmat film daripada buku....

klo kata gw,,
film dan buku itu dua karya seni yang berbeda..
ga bisa dibandingin satu sama lain..

jadi cerita yang disajikan lewat film ama lewat tulisan itu ga bisa disamain..

kayak makan makan bakso ama minum cendol..
beda kan.?

menilai bakso itu enak atau ga kan dari kualitas bakso itu sendiri,, membandingkannya juga ma bakso lagi,, bukan ama cendol..

ahaha..

jadinya sii cuma masalah selera ajah..

komen gw panjang bener yak.?
mampir" ke pesawatulangalik yaa..

(^w^)b..